Tuesday, December 27, 2011

Full House Story


Full House
Hari ke enam di Korea Selatan adalah hari yang spesial karena saya akan pergi ke tempat yang sangat saya hafal di layar kaca, drama korea favorit saya, yaitu rumah syuting Full House. Lokasinya ada di sebuah pulau kecil di dekat daerah Incheon. Jadi saya harus menyeberangi pulau dengan menggunakan kapal feri. Tapi sebelumnya karena jalur atau rute yang saya dapatkan informasinya dari internet tidak lengkap, dan cenderung berbeda satu sama lain, saya memutuskan untuk bertanya ke KTO. Pada saat itu pegawai KTO juga kelihatan bingung menjelaskan rute, walaupun pada akhirnya saya mendapatkan juga jalur bis dan subway yang harus saya naiki.

Menurut rute yang saya dapatkan, saya harus menaiki subway ke arah yang sama dengan rute menuju bandara. Namun, sebelum sampai di stasiun terakhir bandara, saya harus turun di cargo terminal station. Ketika sampai di stasiun cargo terminal, saya harus melanjutkan dengan naik bis nomor 203 atau 710 . Ternyata.. saya hanya menemukan lapangan rumput kering yang sangaaaat luas dan sangat dingin begitu keluar stasiun. Hanya ada halte bis yang sama sekali tak berpenghuni. Saya memutuskan mencari jalan raya terdekat untuk melihat apakah ada halte lain yang tersedia.

Setelah berkeliling akhirnya saya memutuskan untuk kembali lagi ke halte bis sebelumnya. Halte ini merupakan halte untuk shuttle bus khusus bandara. Di sana sudah ada beberapa orang yang sedang menunggu bis. Saya bertanya dengan susah payah karena tidak ada yang bisa berbahasa inggris. Namun, tiba-tiba muncul seorang anak muda yang sepertinya mahasiswa dan syukurlah ia bisa menjelaskan di mana kami bisa menemukan bis yang saya cari. Kebetulan dia juga akan turun di tempat pemberhentian yang sama dengan saya.

Ketika sampai, saya langsung menaiki bis nomor  203. Namun ternyata lagi… saya naik bis dengan arah berlawanan dengan tujuan. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih satu jam, saya sampai di pelabuhan yang salah. Jadi sekedar gambaran, kalau tujuan saya ke utara, saya malah sampai ke selatan. Nyaris putus asa, saya bertanya pada supir bis, dan ia menjelaskan bahwa saat itu saya ada di Pelabuhan Incheon. Dan Sammok Port yang kami tuju letaknya di pemberhentian terakhir bis itu juga. Ia mengatakan saya harus menunggu kurang lebih satu jam sampai jadwal bis kembali beroperasi.

Jika saja saya tersasar di tempat sebelumnya yang hanya berupa lapangan rumput kering, mungkin saya akan benar-benar patah arang. Tetapi, tempat saya tersesat saat itu sangaatt indah! Worthed lah untuk ukuran kesasar..hahaha. pelabuhan yang tidak begitu ramai, dengan pemandangan laut yang tenang, jembatan yang indah, pasar pelelangan ikan yang ramai dan penuh dengan berbagai jenis hasil laut yang bisa kita nikmati karena selain menjual hasil laut, mereka juga menyediakan rumah makan. Sama seperti tempat pelelangan ikan di Indonesia, kita bisa memesan ikan atau makanan laut lain kemudian langsung dimasak dan dinikmati. Kalau saja waktu saya lebih panjang di sana, saya ingin sekali mencicipi kerang dan gurita yang ada di sana. Kelihatannya lezat.  Namun pada akhirnya saya memutuskan menunggu bis dengan duduk di pinggir pantai sambil menikmati dua cangkir coklat hangat seharga 300 won/cangkir yang sangat lezat. Pengalaman tersesat yang tidak saya sesali. :D

Tepat pukul 12.20 siang, sesuai jadwal bis pun mulai beroperasi tepat waktu. Salut saya dengan disiplin di sana. Walaupun isi penumpang hanya saya dan dua orang lain, bis tetap langsung diberangkatkan. Sopir bisnya pun memakai dasi dan sangat tampan, sekilas tidak ada beda dengan artis yang sering kita lihat di televisi. Beda sekali dengan supir kopaja kita, Hahaha.

Akhirnya saya sampai juga di Sammok Port. Sesampainya di sana saya langsung menuju tempat pembelian tiket. Ternyata untuk keberangkatan saya tidak harus membayar, hanya mengisi formulir yang selanjutnya diserahkan ketika akan menaiki kapal. 


Untuk mencapai pulau Sido hanya dibutuhkan waktu 10 menit perjalanan. Udara siang itu sudah sangat dingin. Sebenarnya cuaca cerah, matahari juga lumayan terik, tapi angin lautnya sangaaaaaaaat dingin. Untuk kesekian kalinya saya mengingat jaket parasut yang tidak saya bawa. Kapal feri mulai beroperasi pukul 07.10 pagi hari dan terakhir pada pukul 18.00. Namun saya tidak menyarankan mengambil kapal terakhir karena bis yang mengantarkan kita  dari pelabuhan ke lokasi lewat hampir 30 menit sekali. Saya sampai sekitar pukul 02.30 siang, dan saya memiliki waktu kurang lebih dua jam di sana.

Sesampai di pulau, perjalanan masih belum selesai. Saya harus menaiki satu-satunya bis berwarna biru untuk sampai ke persimpangan lokasi rumah Full House. Ongkos bis 1.000 won, cash. Ketika turun di persimpangan, saya bertemu dengan dua siswa perempuan yang juga akan pergi ke tempat shooting drama A Sad Love Song yang letaknya tidak jauh dari rumah Full House.

Saya menyewa sepeda seharga 3.000 won dengan mengisi formulir yang kurang lebih isinya nama dan nomor paspor. Sangat menyenangkan menyusuri jalanan sepi di daerah pinggiran Korea. Masih asri dan suasana desa masih kental terasa. Sepanjang perjalanan saya tidak melihat anak muda di sana. Kebanyakan orang-orang tua. Dan akhirnya setelah perjalanan sangat panjang hampir seharian, saya tiba di Full House!

Ekspektasi saya sebelum sampai berbanding terbalik dengan kenyataan yang saya temui. Ternyata kondisi rumah sangat tidak terawat. Apalagi fasilitas toilet umum yang kotor dan bau. Selain itu kondisi rumah juga sudah sangat kusam dinding-dindingnya belum lagi rumput-rumput liar di sekitar rumah. Namun, saya masih berharap kondisi dalam rumah masih lebih baik dari kondisi luarnya. 


Tiket masuknya sebesar 5.000 won. Ketika itu tidak ada pengunjung lain selain saya dan teman saya. Jadi selama hampir dua jam, kami seperti menyewa rumah itu untuk pribadi. Saya memuaskan diri mencoba duduk di kursi tamu, kursi komputer, menjelajahi dapur, melihat koleksi buku, mencoba tidur di kasur ji eun dan young jae dan berfoto di setiap sudut rumah.  Hanya daerah kamar mandi yang terkunci dan tidak boleh dimasuki. 


Pemandangan belakang rumah tidak kalah indahnya. Kita bisa langsung melihat pantai sangat dekat. Ingat adegan Young Jae joging di pagi hari kan??  Kondisinya tidak banyak berubah. Sama indahnya dan sama sepinya. Cocok sekali untuk liburan yang membutuhkan ketenangan. Walaupun kita bebas berekspresi di rumah tersebut, karena tidak ada guide tour atau pengunjung lain, berhati-hatilah untuk tidak usil dan mencoba berbuat nakal, karena cctv ada di mana-mana, hehehe.

Sebenarnya saya ingin sekali tinggal lebih lama di sana, karena suasananya benar-benar sangat nyaman dan tenang, namun, hari semakin sore dan cuaca sudah sangat dingin. Saya memutuskan untuk kembali secepat mungkin ke halte bis yang harus saya naiki. Setelah mengembalikan sepeda, saya menunggu bis di halte dan ternyata dua siswa yang sebelumnya saya temui sudah ada di sana menunggu bis yang sama.

Ketika kami sedang menunggu bis di halte sambil kedinginan dan kelaparan (saya tidak sempat membeli bekal agak banyak) ada seorang nenek yang tiba-tiba mendatangi saya sambil membawa satu kantong bungkusan. Ia menyodorkan kantong tersebut yang ternyata isinya snack dan beberapa makanan yang saya tidak tahu apa.

Saya mengira ia hendak menjual snack tersebut. Ia tidak bisa berbahasa Inggris, jadi saya menolak secara halus dengan menggelengkan kepala dengan maksud saya tidak ingin membeli makanannya. Namun tiba-tiba nenek tersebut menyodorkan saya satu bungkus biskuit coklat sambil tersenyum. Ternyata ia hanya ingin memberi saya biskuit itu saja, tidak bermaksud menjual. Ahh.. nenek itu baik sekali, seperti malaikat yang tiba-tiba datang di saat saya kelaparan. Hahaha. Terimakasih nek :D

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya bis yang kami tunggu datang juga. Cukup ramai penumpangnya. Mungkin karena ini adalah bis terakhir. Kami harus mengitari beberapa lokasi syuting dan tempat wisata di pulau Sido sebelum menuju pelabuhan. Sesampai di pelabuhan, barulah saya harus membeli tiket seharga 3.600 won. Ternyata tiket itu adalah tiket pp yang dibeli ketika kita akan kembali ke pelabuhan Sammok.

Sepanjang perjalanan di atas kapal feri, kita akan disuguhi pemandangan laut yang tenang dan indah. Selain itu burung-burung yang saya tidak tahu namanya akan setia menemani kita sepanjang perjalanan. Jika ingin merasakan sensasi memberi makan burung tersebut, jangan lupa membeli chiki atau kerupuk udang. Mereka akan sangat senang menangkapnya dari tangan kita.

Sesampai di Pelabuhan Sammok, hari sudah sangat sore, nyaris gelap. Bis sudah standby di halte dan saya berfikir itu adalah bis terakhir karena banyak orang yang berlari ke arah bis. Saya pun ikut berlari, namun saya lupa bahwa kondisi kaki saya sudah sangat lelah ditambah nyaris membeku karena dingin.

Baru beberapa langkah di jalan bebatuan, saya harus menjerit kesakitan karena kaki saya terkilir, sangat sakit!! Namun saya memaksakan diri untuk terus mengejar bis dan dengan perjuangan yang lumayan heroik (jadi ingat jaman kuliah) saya pun berhasil menjejalkan diri di antara kerumunan penumpang yang saat itu sangat penuh dan padat.

2 comments:

  1. mau tau banget desain rumah ini. Pengen buat rumah kyk gini mbak. Infoo2 dong ruangan2annya mbak. Makasih.

    ReplyDelete